Mengapa Kita Suka Melihat Penjahat Menang di TV?

Depiction of a chaotic and tumultuous scene from the 17th century, symbolizing the era's unrest and mirroring contemporary anxieties.
Februari 12, 2025

Mengapa Kita Suka Melihat Penjahat Menang di TV?

by 

Ketertarikan pada acara televisi yang gelap dan mengganggu tampaknya berlawanan dengan intuisi di dunia sekarang ini, yang dipenuhi dengan kengerian kehidupan nyata. Mengapa kita mendambakan narasi fiksi yang penuh dengan kekerasan, pengkhianatan, dan ambiguitas moral? Jawabannya mungkin terletak di masa lalu, khususnya di masa-masa penuh gejolak abad ke-17.

Tahun 1600-an, seperti zaman kita sekarang, ditandai oleh keresahan sosial, pergolakan budaya, dan intrik politik. Kebangkitan Kekaisaran Ottoman, para influencer yang licik, dan perselisihan berdarah untuk memperebutkan kekuasaan mencerminkan kecemasan kontemporer. Wabah penyakit dan perubahan iklim semakin memicu rasa ketidakpastian dan ketakutan.

Lukisan suasana kacau dan penuh gejolak dari abad ke-17, melambangkan keresahan era tersebut dan mencerminkan kecemasan kontemporer.Lukisan suasana kacau dan penuh gejolak dari abad ke-17, melambangkan keresahan era tersebut dan mencerminkan kecemasan kontemporer.

Di era kecemasan ini muncullah William Shakespeare, seorang penulis drama yang dengan mahir memanipulasi emosi penonton. Tragedi-tragedinya, yang penuh dengan penyihir, hantu, dan karakter yang kompleks secara moral, sangat populer. Drama seperti Macbeth, Hamlet, dan King Lear beresonansi dengan penonton bukan karena tema-tema yang mengganggu, tetapi karena tema-tema tersebut.

Shakespeare, seperti para kreator televisi kelam saat ini, memahami konsep katarsis Aristoteles: pelepasan dan pembersihan emosional yang dialami saat menonton tragedi. Pelepasan emosional ini, yang dialami dalam lingkungan yang aman dan terkendali, membantu memoderasi emosi yang meluap-luap seperti ketakutan, rasa bersalah, dan kebencian.

Serial televisi modern seperti “Game of Thrones,” “The Walking Dead,” dan “House of Cards” memanfaatkan kebutuhan psikologis yang sama akan katarsis. Dengan membenamkan diri kita dalam dunia fiksi yang penuh dengan bahaya dan ambiguitas moral, kita mengalami rasa pelepasan emosional dan apresiasi baru terhadap keamanan hidup kita sendiri.

Popularitas acara seperti “Orange is the New Black,” “Mr. Robot,” dan “Vikings,” dengan tema-tema suram dan karakter-karakter yang dipertanyakan moralitasnya, semakin menggarisbawahi fenomena ini. Narasi-narasi ini memungkinkan kita untuk mengeksplorasi aspek-aspek gelap sifat manusia tanpa konsekuensi dunia nyata. Kita dapat menghadapi ketakutan dan kecemasan kita dalam lingkungan yang terkendali, yang pada akhirnya muncul dengan rasa lega dan kendali.

Paparan terkontrol terhadap rasa takut dan kecemasan ini bertindak sebagai bentuk homeopati psikologis. Stimulus yang tidak menyenangkan, yang terbatas pada layar, memungkinkan kita untuk memproses emosi negatif tanpa bahaya yang sebenarnya. Kemampuan untuk pergi kapan saja memperkuat rasa aman dan terkendali, yang krusial di dunia yang sering dianggap kacau dan tidak dapat diprediksi.

Dengan terlibat dengan konten yang gelap dan mengganggu dalam batasan fiksi yang aman, kita mendapatkan perspektif dan ketahanan emosional. Sensasi yang dirasakan secara tidak langsung saat menyaksikan hal-hal buruk terjadi pada karakter fiksi memungkinkan kita untuk menghadapi kecemasan kita sendiri dan muncul dengan perasaan berdaya secara aneh.

Leave A Comment

Instagram

insta1
insta2
insta3
insta4
insta5
Instagram1