Tracker: Serial TV Mengecewakan dan Tak Original
Saya sangat ingin menikmati serial TV Tracker. Sungguh. Episode pilotnya bisa dibilang lumayan, memberikan sedikit harapan. Namun, episode kedua justru memperkuat kesan awal saya: Tracker sangat mengecewakan dan tak original. Semuanya terasa seperti daur ulang dari acara-acara sebelumnya yang lebih unggul. Plot yang klise menampilkan protagonis yang dihantui masa lalu yang kelam, bermitra dengan sidekick ahli teknologi yang menangani pekerjaan di balik layar. Karakter pendukung hanya berfungsi sebagai manajer kantor, kurang mendalam dan tidak menarik. Alur ceritanya dangkal, adegan aksinya dipaksakan dan tidak logis.
Serial ini juga memiliki masalah dalam hal penyuntingan yang amatir. Di episode kedua, sekitar menit ke-11, terjadi kesalahan kontinuitas yang mencolok. Adegan yang menggambarkan hujan deras, dengan truk protagonis terlihat basah dan tertutup tetesan air hujan, langsung diikuti oleh adegan truk yang sama dalam keadaan kering dan bersih, dengan jendela penumpang terbuka. Ketidakkonsistenan yang mencolok ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap detail yang merusak kredibilitas acara. Kesalahan yang jelas seperti itu mengurangi pengalaman menonton dan menyoroti kekurangan produksi.
Serial TV Tracker mencontohkan tren remake, reboot, dan sekuel tidak orisinal yang saat ini melanda industri hiburan. Ketergantungan pada formula yang familiar ini menandakan kurangnya kreativitas dan bakat menulis. Meskipun Tracker mungkin bertahan di musim pertamanya, karena sejarah menunjukkan bahwa kualitas tidak menjamin kesuksesan, kecil kemungkinan serial ini akan meninggalkan dampak yang langgeng. Semoga, jaringan televisi akan menyadari kekurangannya dan mengakhiri penayangannya lebih cepat. Meskipun bukan acara terburuk yang saat ini ditayangkan, Tracker tidak menawarkan sesuatu yang baru atau menarik, menjadikannya mudah untuk diabaikan oleh penonton yang cerdas.
